Langsung ke konten utama

Postingan

Berjalan Kaki

Ada hal yang sebetulnya ringan, bermanfaat tapi rasanya malas dilakukan, dan itu adalah jalan kaki. Padahal sudah banyak literatur yang saya baca tentang manfaat dan mujarabnya jalan kaki untuk kesehatan tubuh, tapi ya itu tadi, malasnya minta ampun. Kalau melihat masa lalu, jalan kaki itu adalah rutinitas saya, mulai dari SD, SMP (kadang-kadang) sampai SMA, pergi dan pulang bersekolah itu ya dengan berjalan kaki, jarang sekali menggunakan angkutan umum, selain memang untuk lebih menghemat, kurun waktu itu memang secara umum jalan kaki masih menjadi pilihan, sehingga itu jadi hal yang lumrah. Dari beberapa pendapat yang saya dengar, ada yang bilang jalan kaki itu untuk apa? Kan sekarang kita dimudahkan dengan banyak alternatif pilihan moda transportasi, untuk yang berpendapat seperti ini sudut pandangnya melihat jalan kaki sebagai sebuah ketertinggalan zaman. Sedangkan yang lain berbicara, jalan kaki itu sudah tidak musim, bahkan malu bila dilihat orang. Untuk pendapat pertama, saya se...
Postingan terbaru

Palsu

Siapa yang suka hal-hal palsu? Tentu saja tidak ada, kita pasti marah, kecewa bila mendapatkan sesuatu yang palsu, baik itu berbentuk materi, seperti barang ataupun non-materi, contohnya seperti janji atau keterangan palsu. Naluri kita pastinya ingin yang asli, genuine atau orisinal, maka bila kita membeli sesuatu, tak apalah sedikit bersusah-payah untuk sedikit repot meneliti keaslian barang tersebut, agar tak ada rasa dongkol dan kecewa ketika barang tersebut ada di tangan kita. Maka, ketika sekarang ada riuh-rendah tentang isu ijazah palsu mantan pemimpin, bersyukurlah masih ada yang peduli pada hal tersebut, berarti nalurinya masih bekerja. Keaslian adalah sesuatu yang mutlak yang harus dimiliki seorang pemimpin, dia terpilih menjadi orang nomor satu diantara ratusan juta manusia pastinya karena dianggap paling terbaik, maka ketika sekarang diisukan memiliki ijazah palsu (walau harus dibuktikan lebih lanjut), tentu kita kecewa kalau itu benar terjadi, rasanya 10 (sepuluh) tahun kit...

Tumbler dan Hidup Frugal

Beberapa hari ini saya tertarik kembali untuk membuka-buka situs yang membahas hidup Frugal, sebuah kebiasaan yang sebenarnya sudah lama saya lakukan. Tidak tau kenapa, tapi rasanya suka saja, seakan mengajak kita untuk berbenah kembali, mengatur pemasukan dan pengeluaran kita dengan memperhatikan atau membuat garis pembatas yang jelas, antara mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan semata. Apalagi dalam kondisi ekonomi negara kita yang seperti hidup segan matipun tidak mau, ditandai dengan kelesuan masyarakat terutama dalam sekor konsumsi, membuat kita harus benar-benar bijak menggunakan uang kita. Jangan sampai kita defisit atau lebih besar pasak daripada tiang. Apa sih hidup frugal ? saya mengutip dari google katanya seperti ini  " Frugal living  adalah gaya hidup hemat yang berfokus pada pengelolaan keuangan bijak dengan memprioritaskan kebutuhan, bukan pelit, melainkan cermat dalam pengeluaran". Dengan demikian, ada sebuah tantangan untuk mula...

Stasiun Sukabumi

Rasanya seperti baru kemarin, saya bisa leluasa masuk ke Stasiun Sukabumi, melihat keriuhan para penumpang kereta yang hendak berangkat ke Cianjur dan Bogor.  Berbekal karcis seperti kartu gapleh yang nantinya akan dibolongi oleh kondektur, para penumpang yang kebanyakan para pedagang itu berjejalan dalam suasana hiruk-pikuk di dalam gerbong. Ditingkahi dengan suara pedagang asongan dan para pengamen, semuanya bersatu dengan aroma keringat dan aroma lainnya. Semuanya saat itu belum teratur, tapi apa pedulinya, belum ada sepertinya pengaturan tempat duduk, pengamanan maksimal dari petugas keamanan dsb, sehingga saya pun dulu bisa bebas keluar masuk stasiun itu hanya untuk mengagumi sebuah jenis transportasi yang berukuran besar yaitu kereta api. Suasana tahun 90-an itu masih terekam dengan jelas, bagaimana sebuah sistem perkereta-apian saat itu masih berjalan dengan semrawut, jauh dari kata keteraturan. Lalu setelah sekian lama, saya mencoba lagi, berangkat dari titik awal Stasiun S...

Menuntaskan Dendam pada Candu Membaca

Soal membaca, saya mungkin sudah sampai pada tahap kecanduan, rasanya ada yang kurang apabila 1 (satu) hari terlewatkan tanpa membaca buku, koran atau majalah yang relevan dengan minat dan hobi saya. Semasa sekolah dasar, bacaan itu berupa majalah Bobo, Ananda, Tomtom ataupun majalah cetakan pemerintah saat itu yaitu Si Kuncung. Nama-nama itu setia menemani perjalanan literasi saya, sadar atau tidak, keberadaannya pun mempengaruhi cara berpikir dan bertindak saat itu. Dari Bobo, belajar rasional dan ilmu pengetahuan, sedangkan dari Kuncung, saya mengenal Indonesia lebih jauh, karena memang kandungan konten si Kuncung itu relatif lebih banyak bercerita tentang Nusantara. Beranjak remaja, Tabloid Bola, GO menjadi referensi, ketertarikan pada dunia sepakbola, mengakibatkan hubungan saya menjadi intens dengan mereka. Selain itu, sajian dari koran KOMPAS juga sudah cukup menggoda, KOMPAS memberikan sebuah sudut dan persfektif lain tentang dunia, baik itu politik dalam dan luar negeri (sesua...